Kebatinan
Orang Jawa, orang Indonesia, orang Timur senang dengan kebatinan. Kebatinan
adalah laku, usaha dengan melalui rasa, hati yang bening, untuk mengetahui urip
sejati, hidup sejati. Laku batin tersebut dilandasi perbuatan dan perilaku
yang baik, budi luhur, hati bersih suci, dengan selalu mendekatkan diri dan manyembah
kepada Gusti, Tuhan. Beberapa pengalaman akan dialami oleh pelaku
kebatinan, ada yang enak, ada yang dirasa berat, semua itu adalah bumbu-bumbu
kehidupan dalam menapaki jalan Ilahi. Pengalaman puncak pelaku
kebatinan/spiritualis adalah kenyataan bahwa dirinya sebagai awulo berada dalam hubungan serasi dengan Gusti, Tuhan.
Istilah populernya adalah :
Istilah populernya adalah :
Jumbuhing kawulo Gusti - Hubungan serasi kawulo Gusti
Manunggaling kawulo Gusti - Manunggalnya kawulo Gusti
Pamore kawulo Gusti - Bersatunya kawulo Gusti
Yang intinya berarti : Seorang anak manusia telah berada di kehidupan sejati dalam lindungan keagungan Tuhan.
Yang intinya berarti : Seorang anak manusia telah berada di kehidupan sejati dalam lindungan keagungan Tuhan.
Timbulnya kebatinan
Timbulnya kebatinan sebenarnya adalah hal logis, setelah manusia
dalam pengalaman menjalani kehidupan ini, menemukan fakta bahwa hidup dan alam ini, tidak hanya terdiri
dari benda-benda dan zat-zat yang lahir saja. Selain yang lahir, yang kasat mata, ada juga
hal-hal yang tidak terlihat oleh mata, tetapi sebenarnya ada, eksis. Selain ada yang konkrit, ada
yang abstrak, yang diakui oleh siapapun, seperti : pikiran, gagasan, batin dsb.
Jelas, selain lahir, ada batin. Sebelum sesuatu termanifestasi, muncul, lahir,
sesuatu itu berada dulu di dalam angan-angan, pikiran, yaitu batin. Setiap
tindakan yang dilakukan, muncul di alam lahir, tentu sebelumnya di batin dulu.
Batin itu luas dan dalam
Dengan pengertian dasar seperti di atas, maka yang termasuk lahir
adalah apa saja yang kelihatan oleh mata, sedangkan yang tidak kelihatan
termasuk ranah batin. Pandangan yang ditangkap mata juga ada dua.Pertama : Yang bisa dilihat oleh mata lahir, mata biasa. Kedua : Ada orang yang tajam mata batinnya, sehingga mampu melihat yang oleh
kebanyakan orang disebut gaib. Perlu diketahui bahwa setiap orang secara alami, dari
“sononya” juga dilengkapi, memiliki mata batin. Itu anugerah Tuhan, bukan
takhayul!. Tetapi kemampuan fungsi mata batin, sejak anak kecil telah
dikalahkan oleh logika, yang ditanamkan oleh orang tua dan pergaulan umum. Tidak hanya mata batin yang ditutup ; kepekaan otak, rasa, dan indra yang lain,
juga ditutup.
Jadi yang terjadi sesungguhnya, kepekaan mata batin, otak batin, rasa batin, itu tidak hilang, hanya sengaja ditutup atau dihalangi atau tidak dikembangkan. Alasannya : Tidak sesuai dengan logika. Oleh karena perangkat-perangkat batin secara alami dan sah dimiliki setiap manusia, maka hal tersebut tak bisa dihilangkan. Sekali lagi, yang terjadi hanyalah fungsinya tidak dihidupkan. Seorang manusia yang terbuka mata lahir dan batinnya, tetap berfungsi otak dan rasa batinnya, dia bisa melihat dan memahami yang kelihatan dan “yang tidak kelihatan”. Sehingga yang disebut dunia nyata itu relatif. Ini tidak perlu diperdebatkan. Kesimpulannya sebagai berikut :
Bagi saudara-saudara kita yang fungsi perangkat-perangkat batinnya tidak diaktifkan, dibiarkan tertutup, yang dilihat adalah yang nyata secara konkrit. Itu bagus, wajib bersyukur kepada Tuhan, karena mempunyai mata, otak dan panca indra normal yang berfungsi bagus. Sementara itu, saudara-saudara kita yang perangkat-perangkatnya berfungsi lahir batin, mampu melihat dan mengetahui bahwa kenyataan itu terdiri dari dua hal, yaitu :
Yang nyata bagi setiap orang ditambah “yang tidak kelihatan”. Ini sebenarnya hal yang normal saja, katakanlah bahwa orang tersebut memanfaatkan sepenuhnya karunia yang diberikan oleh Tuhan.
Jadi yang terjadi sesungguhnya, kepekaan mata batin, otak batin, rasa batin, itu tidak hilang, hanya sengaja ditutup atau dihalangi atau tidak dikembangkan. Alasannya : Tidak sesuai dengan logika. Oleh karena perangkat-perangkat batin secara alami dan sah dimiliki setiap manusia, maka hal tersebut tak bisa dihilangkan. Sekali lagi, yang terjadi hanyalah fungsinya tidak dihidupkan. Seorang manusia yang terbuka mata lahir dan batinnya, tetap berfungsi otak dan rasa batinnya, dia bisa melihat dan memahami yang kelihatan dan “yang tidak kelihatan”. Sehingga yang disebut dunia nyata itu relatif. Ini tidak perlu diperdebatkan. Kesimpulannya sebagai berikut :
Bagi saudara-saudara kita yang fungsi perangkat-perangkat batinnya tidak diaktifkan, dibiarkan tertutup, yang dilihat adalah yang nyata secara konkrit. Itu bagus, wajib bersyukur kepada Tuhan, karena mempunyai mata, otak dan panca indra normal yang berfungsi bagus. Sementara itu, saudara-saudara kita yang perangkat-perangkatnya berfungsi lahir batin, mampu melihat dan mengetahui bahwa kenyataan itu terdiri dari dua hal, yaitu :
Yang nyata bagi setiap orang ditambah “yang tidak kelihatan”. Ini sebenarnya hal yang normal saja, katakanlah bahwa orang tersebut memanfaatkan sepenuhnya karunia yang diberikan oleh Tuhan.
Membuka kembali perangkat-perangkat batin.
Karena yang mempunyai kemampuan melihat termasuk hal-hal yang
disebut gaib jumlahnya sedikit, orang-orang seperti itu secara salah kaprah
dipandang mempunyai kemampuan di atas normal, ada yang menyebut mereka
paranormal, bahkan supernormal dlsb. Untuk membuat keadaan lebih ramai,
orang-orang yang disebut paranormal itu senang dengan julukan itu dan memanfaatkan kesempatan (katanya ini lumrah, masih manusiawi)
untuk mendapatkan rejeki dari situ. Lalu memberikan konsultasi, tidak lagi berdasarkan suka rela sebagai sesama
manusia mahluk Tuhan, tetapi ada tarifnya, harus dibayar. Mudah-mudahan, mereka memberikan
petunjuk dan pendapat yang benar, tidak akal-akalan. Kalau yang minta tolong orang yang
tidak punya dan lagi susah, mudah-mudahan digratiskan, bahkan dibantu uang
transportnya untuk pulang naik bis!
Ini semua tentu terpulang kepada watak, nurani dan tingkat kesadaran spiritualnya. Supaya anda tidak perlu ke “paranormal” kalau lagi bingung atau punya masalah, selain perlu lebih banyak berdoa kepada Tuhan, tenangkan perasaan anda, kendalikan emosi, mulailah berlatih santai membuka kembali fungsi-fungsi perangkat “gaib” yang anda miliki. Tentu untuk itu anda harus sabar, melatih diri, karena perangkat-perangkat itu sudah lama sekali tidak difungsikan. Kalau terbukanya terlalu cepat atau tiba-tiba, nanti anda kaget dan bisa mengalami goncangan jiwa. Pelaksanaan dan latihan tersebut hanya melibatkan dan berhubungan dengan diri anda sendiri dan diberkati oleh Tuhan. Latihan mengolah batin, bisa dilakukan sendiri atas dasar kemantapan hati yang pasrah total kepada Gusti atau dengan petunjuk atau bimbingan seseorang yang lebih senior dalam olah kebatinan, yang biasanya disebut Guru. Bimbingan Guru Laku tersebut untuk menghindari dari beraneka gangguan dan hal-hal yang negatif, sehingga tidak keliru tujuan sejatinya. Silahkan, anda bebas menentukan pilihan. Yang penting anda yakin selalu berada di jalan yang hakiki, yang benar, yang menjadi hak anda dan itu adalah jalan Ilahi. Menjalani, mempelajari, melatih olah kebatinan atau spiritualitas menurut istilah universal, itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan takhayul, mahluk-mahluk halus yang mendiami tempat-tempat angker, santet dan hal-hal semacam itu. Kebatinan adalah jalan yang mulia, metode untuk menghayati kebenaran sejati, mengenali diri sejati, hidup sejati, sehingga hubungannya dengan Tuhan, serasi. Ada yang menyebut keadaan seperti itu : Wis tinarbuko, bahasa Jawa, sudah terbuka batinnya yang tinggi, sudah mendapat Pencerahan – Enlightment – Pepadhang.
Ini semua tentu terpulang kepada watak, nurani dan tingkat kesadaran spiritualnya. Supaya anda tidak perlu ke “paranormal” kalau lagi bingung atau punya masalah, selain perlu lebih banyak berdoa kepada Tuhan, tenangkan perasaan anda, kendalikan emosi, mulailah berlatih santai membuka kembali fungsi-fungsi perangkat “gaib” yang anda miliki. Tentu untuk itu anda harus sabar, melatih diri, karena perangkat-perangkat itu sudah lama sekali tidak difungsikan. Kalau terbukanya terlalu cepat atau tiba-tiba, nanti anda kaget dan bisa mengalami goncangan jiwa. Pelaksanaan dan latihan tersebut hanya melibatkan dan berhubungan dengan diri anda sendiri dan diberkati oleh Tuhan. Latihan mengolah batin, bisa dilakukan sendiri atas dasar kemantapan hati yang pasrah total kepada Gusti atau dengan petunjuk atau bimbingan seseorang yang lebih senior dalam olah kebatinan, yang biasanya disebut Guru. Bimbingan Guru Laku tersebut untuk menghindari dari beraneka gangguan dan hal-hal yang negatif, sehingga tidak keliru tujuan sejatinya. Silahkan, anda bebas menentukan pilihan. Yang penting anda yakin selalu berada di jalan yang hakiki, yang benar, yang menjadi hak anda dan itu adalah jalan Ilahi. Menjalani, mempelajari, melatih olah kebatinan atau spiritualitas menurut istilah universal, itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan takhayul, mahluk-mahluk halus yang mendiami tempat-tempat angker, santet dan hal-hal semacam itu. Kebatinan adalah jalan yang mulia, metode untuk menghayati kebenaran sejati, mengenali diri sejati, hidup sejati, sehingga hubungannya dengan Tuhan, serasi. Ada yang menyebut keadaan seperti itu : Wis tinarbuko, bahasa Jawa, sudah terbuka batinnya yang tinggi, sudah mendapat Pencerahan – Enlightment – Pepadhang.
Ada yang menyebut Unio Mystica – Persatuan mistis
kawulo Gusti. Dalam pemahaman spiritualitas universal dikatakan : Aku ketemu Higher-Self, diri
yang lebih tinggi/Pribadi atau bahkan bisa ketemu dengan Highest –Self – Pribadi Sejati. Inilah
initi kebatinan yang sesungguhnya
Asal Usul Manusia
Kenyataan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini
adalah : Dimana-mana ada manusia, kita sendiri juga mahluk manusia yang tinggal
di sebuah tempat dari belahan bumi. Sejak kecil kita bergaul dengan ibu, ayah,
kakak, adik, nenek, kakek, saudara, tetangga, teman, yang semuanya mahluk manusia. Kemanapun kita berada, pergi dan berurusan, tentu berhubungan dengan bangsa
kita sendiri, yaitu sama-sama bangsa manusia. Sebagai orang yang punya perasaan instinktif
dan pikirannya selalu jalan, hati kecilnya tentu bertanya : Di dunia ini ada begitu banyak manusia yang menjalani kehidupan di berbagai
tempat, di kota, di desa, di beberapa benua, negara, di daerah tropis maupun di pinggir
kutub, ada pemukiman manusia. Perjalanan waktu dan sejarah telah menunjukkan perkembangan
manusia, sejak masa primitif sampai era modern ini. Kehidupan telah menunjukkan bahwa mahluk manusia dan
mahluk- mahluk lain yang berbadan fisik seperti bermacam hewan, berkembang dan beranak
pinak melalui perantaraan induk yang dibuahi pejantannya. Pada manusia, dengan bunga-bunga
kalimat sastra, dikisahkan melalui paduan kasih seorang wanita dan pria
terkasihnya, istri dengan suami, terlahirlah buah cinta yang disebut bayi.
Perkembangan nama manusia
Pada zaman dahulu kala, manusia berkomunikasi antar sesama melalui
perasaan dan pikiran istilah asingnya : through their mind. Pada masa mula-mula manusia
di bumi, perasaan dan pikiran (mind) para nenek moyang bangsa manusia sangatlah peka, tajam
sekali. Dengan melalui rasa dan pikiran dan saling melihat saja, mereka bisa saling mengerti. Memang,
di zaman mula tersebut, kekuatan telepati manusia tajam sekali. Ini juga satu anugerah
dari alam, dari Gusti.
Lece
Kemudian, mulai muncul bahasa isyarat, lalu secara bertahap suara
yang keluar dari mulut semakin teratur dan lama-lama bisa dikendalikan sehingga
sinkron dengan kehendak yang dikendalikan otak. Menurut Kejawen, mahluk manusia
di masa itu disebut : Lece, dimana komunikasi masih dengan bahasa
isyarat dan lengkingan-lengkingan suara yang belum teratur.
Mudita
Mudita adalah sebutan untuk orang, ketika orang sudah bisa
menyebutkan nama barang-barang yang ada di dunia ini dan selanjutnya muncul
kata-kata sifat. Kata-kata yang mulai dipakai adalah benda-benda yang ada disekitarnya, seperti
: aku, kamu, nama-nama makanan seperti juwawut, padi ; nama-nama buah-buahan, nama-nama
binatang seperti ikan, burung, kambing, sapi dsb. Lalu dikenal nama-nama benda alam
seperti : tanah, bumi, matahari, langit, air, api, bulan, bintang, angin dsb. Sesudah itu
kata-kata yang berhubungan dengan rasa seperti : panas, dingin, terang, gelap, enak, sakit,
manis, pahit, kecut, asin dsb. Jadi sejak ada Mudita, bahasa mulai berkembang. Rupanya,
mudita telah diberi kuasa oleh Sang Pencipta, Tuhan, untuk memberi nama semua
hal yang ada di alam ini. Orang-orang tua kita berkata, kalau tidak ada mudita , tak ada kata-kata dan bahasa : Kabeh
ora kocap – Segala hal tak terucapkan.
Manusia
Pada perkembangan lebih lanjut, mudita disebut manusia, yaitu
mahluk yang punya malu. Manusia dari manuswa. Manu artinya malu dan swa artinya
hewan. Seseorang yang tidak punya rasa malu dikatakan berwatak seperti hewan. Rupanya peradaban mulai meningkat, manusia punya malu, tidak seperti hewan.
Wong, Wahong
Menurut pemahaman Kejawen, ketika orang sudah disebut manusia,
budaya dan peradaban berkembang lebih cepat. Ada orang-orang tua bijak yang
tajam dan bening rasa hatinya. Melalui mereka, manusia menerima pembelajaran
kembali tentang esensi kehidupan. Manusia, semua mahluk, tetumbuhan, benda di bumi,
tidak bisa dipisahkan keberadaannya dari alam, karena merupakan bagian alam. Untuk itu, sejak dulu manusia sadar untuk
harus melestarikan, menjaga, merawat alam ini sebaik-baiknya, karena tanpa alam tidak
ada eksistensi manusia di bumi ini. Kalau bumi dan alam rusak, hidup dan eksistensi manusia
terancam. Ini sebenarnya adalah sebuah pemahaman klasik!. Alam raya beserta segala isinya termasuk
manusia berada dalam keadaan seperti ini, setelah melalui proses yang teramat panjang. Keberadaan alam beserta isinya termasuk umat
manusia karena dikehendaki dan dicipta oleh Sang Pencipta Alam, yang dalam
perkembangannya dipuja dengan asma : Gusti, Pangeran, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Welas
Asih (dan tentu nama-nama Tuhan dalam berbagai agama dan bahasa). Menurut pemahaman Kejawen, manusia
sebelum terlahir di dunia ini dengan perantaraan ibu dan bapak, adalah suksma,
spirit yang berada di alam asal muasal di bawah kuasa langsung Gusti. Jadi,
manusia adalah suksma, spirit yang memakai pakaian raga fisik dan raga halus
untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Dewa-dewi adalah juga mahluk ciptaan
Tuhan yang berujud spirit, yang esensinya adalah cahaya, sama dengan
esensi suksma. Oleh karena itu, pinisepuh Kejawen menyebut
orang : Wahong, artinya anak keturunan atau berasal dari dewa. Dalam
perkembangan bahasa, kata wahong berubah menjadi wong, artinya orang. Lalu
kita sering mendengar ungkapan : wong Jawa, wong Sunda, wong
Indonesia, wong Asia, wong Amerika dsb.
Tiyang, Ti Hyang
Dalam bahasa Jawa krama inggil, bahasa halus, wong adalah
tiyang dari kata Ti Hyang, berasal dari dewa, spirit. Dalam kehidupan ini, sangat sedikit orang yang menyadari bahwa dia itu
sebenarnya adalah suksma/roh yang berpakaian badan kasar dan badan halus. Padahal ini adalah
pemahaman kunci bagi Kejawen dan spiritualitas universal.
Kenalilah dirimu yang sejati
Pada umumnya, dikarenakan pengaruh kuat dari keperluan materi dan
duniawi dalam kehidupan ini, banyak orang yang lupa kehidupan sejati, tidak
tahu asal muasalnya dan esensi hidupnya. Yang hidup adalah suksma/roh yang
berada di badan orang. Kalau suksma/roh kembali ke asal muasal karena berbagai alasan, maka orang itu mati. Sedangkan suksma tetap
hidup dan kembali pulang ketempat asal muasal di alam kelanggengan, ada yang memberi istilah :
kembali ke haribaan Tuhan. Tuhan juga tak berwujud fisik, Beliau adalah Sang Pencipta, Sang Suksma Agung. Yang
bisa berkomunikasi dengan cara terhalus dengan Gusti, Sang Suksma Agung,
adalah suksma yang berada di raga manusia. Oleh karena itu, seorang manusia seharusnya
mengenali diri sejatinya, pribadi sejatinya, yang adalah suksma. Itulah sebabnya kenapa
para spiritualis, orang-orang bijak sering berkata : “Kenalilah dirimu sendiri”, istilah asingnya “Know thyself”. Orang akan memahami dan mengalami kehidupan di dunia dengan tentram bahagia
(dan tidak larut arus kehidupan yang tidak baik dengan berebut harta, kekuasaan dan
berbagai macam akal- akalan yang tidak baik) ; sesudah dia bisa akrab dengan suksma-nya, yang adalah
diri sejatinya, Sang Pribadi, istilah asingnya Higher Self. Itulah yang dikatakan
orang yang telah mendapatkan pencerahan secara spiritual, telah akrab dengan
Sang Suksma, Pribadi Sejati, Higher Self, selalu akan sadar akan
misi hidupnya dari Gusti, Tuhan, Sang Suksma Agung. Hidupnya di dunia pasti
membawa misi yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan jagat ini.
Kenapa suksma berada di dunia?
Ini pertanyaan yang menggelitik, yang sejak dulu tidak
henti-hentinya dilontarkan. Suksma mendapat kesempatan dari Tuhan untuk berkiprah di dunia dan menjalankan
suatu misi, suatu tugas yang mesti dilaksanakan sebaik-baiknya sampai tuntas. Ungkapan yang
lebih lugas menyatakan : Suksma harus sekolah di dunia. Sayangnya, Sang Suksma
ketika sudah sampai di bumi dan berujud manusia, menemui banyak hambatan dan goda dalam menjalankan misinya. Hubungan sang suksma dengan
kendaraan yang dipakainya, manusia dengan egonya, tidak sinkron. Ini disebabkan si manusia
terlalu didominasi oleh elemen-elemen duniawi , maunya hanya memenuhi keinginan materi dan duniawi
yang penuh nafsu, meninggalkan esensi spiritualnya. Menyiasati hal ini, pinisepuh
Kejawen tidak bosan-bosannya mengingatkan : Eling lan waspada -
Sadar dan waspadalah, siapa dirimu sebenarnya dan apa tugas sejatimu di dunia.
Hidup bagai roda berputar.
Ajaran Timur termasuk Kejawen mempercayai bahwa kehidupan
seseorang itu seperti roda yang berputar, istilah kebatinannya : Cakra manggilingan. Artinya, satu saat suksma turun menetap sementara di dunia, pada saat lain dia
berada di alam suksma, lalu dapat tugas lagi di bumi dan seterusnya, selalu berputar. Jadi,
spiritualitas Timur percaya kepada adanya inkarnasi dan reinkarnasi. Dalam
kehidupan sehari-hari, istilah hidup bagai roda, cakra manggilingan diartikan
: Jalan hidup seseorang, satu ketika bisa susah, lain kali mengalami masa jaya,
makmur. Perjalanan suksma, berasal dari mula-mula, kemudian dapat tugas dari
Tuhan untuk tinggal di bumi, lalu kembali lagi ke alam mula-mula suksma, itu merupakan perjalanan
yang benar. Karena ada banyak suksma, sesudah orangnya meninggal, tidak mulus
kembali ke alam mula-mula. Dia nyasar pulangnya, karena telah membuat kesalahan
fatal ketika berada di dunia. Dia telah berbuat/membiarkan terjadinya perbuatan yang tidak baik dan melakukan
dosa. Mengenai hal ini, akan kita kupas kemudian. Untuk mendapatkan gambaran yang
lebih luas dan jelas, kita akan membicarakan tentang terjadinya jagat raya dan
bumi ini, tempat mahluk manusia bertempat tinggal.
Terjadinya Jagat Raya
Budaya Kejawen menamakan jagat ini adalah Jagad Paramudita,
seperti yang sering diucapkan para dalang wayang kulit. Artinya jagat yang
dihuni oleh para mudita, oleh manusia wanita dan pria, mahluk paling penting di
dunia ini. Jagat Raya seisinya termasuk manusia yang mendiami bumi ini,
tercipta atas kuasa Tuhan, SangPencipta Alam. Keberadaan manusia di bumi,
setelah iklim dan kondisinya kondusif, siap untuk dijadikan rumah tinggal yang
nyaman, lengkap dengan segala faktor pendukungnya. Pada era mudita,
orang mulai memberikan nama-nama pada semua benda dan hal, lahirlah bahasa
tutur di dunia. Oleh karena itu mudita dihormati oleh anak
keturunannya.
Asalnya ramai dari sepi
Kehidupan bumi yang dihuni para mudita berkembang
secara pasti. Tentu pada saat itu, para mudita memilih menghuni
tempat-tempat yang aman dan tanahnya subur. Jumlah mudita dengan beragam warna
kulit, budaya dan bahasa, semakin bertambah, sehingga bumi menjadi lebih ramai. Timbullah ungkapan : Witing rame saka sepi, witing gumelar saka
sonya, artinya : Asal ramai dari sepi, jagat tergelar asalnya dari kosong. Kita akan mengungkap
kelahiran dan perkembangan jagat ini dimulai dari Alam Sonya Ruri, sebelum jagat ini tergelar. Pengungkapan dari sudut pandang Kebatinan Jawa,
dari sudut pengetahuan spiritual - spiritual knowledge, yang istilah lokalnya
adalah elmu atau ngelmu Para pakar dunia, menjelaskan proses terjadinya alam
raya dari sudut science – ilmu pengetahuan, secara ilmiah. Perlu
digaris bawahi bahwa Kejawen tidak anti kepada ilmu dan perkembangannya yang
berguna bagi umat manusia ; tetapi untuk kehidupan yang lebih baik, komplit dan benar,
lahir batin, diperlukan ilmu dan ngelmu. Kita luangkan sedikit waktu untuk memahami
difinisi tentang Ilmu dan Ngelmu dalam kotak di bawah ini.
Ilmu dan Ngelmu
Ilmu - Science adalah hasil pikiran manusia, yang
semakin lama semakin maju, produknya semakin canggih sebagai hasil
pemikiran/penemuan para ahli pikir bidang ilmu pengetahuan. Ngelmu -
Satu pengetahuan yang berhubungan dengan purbawasesa – Kuasa
dari Tuhan, yang oleh kebanyakan orang disebut gaib. Ngelmu itu
dari dulu sudah ada secara utuh dan sepenuhnya dalam kuasa Gusti. Dibukanya sedikit demi sedikit, sesuai dengan
kemajuan kesadaran dan kebutuhan manusia pada suatu saat. Penjelasan dan penyebaran – babaran
lan wedaran, atas kehendak Gusti, melalui orang-orang yang ditunjuk
Nya, karena sudah mumpuni pengetahuan dan kesadaran spiritualnya. Sehingga,
semakin lama, ngelmu semakin terbuka – saya binuko lan ngeblak.
Catatan :
Mengenai cara pengajaran dan penyebaran kebatinan Kejawen, pada saat ini sudah jauh lebih terbuka, lebih praktis. Zaman dulu, ngelmu Kejawen benar-benar sinengker, dianggap rahasia, terkesan tertutup. Hanya kepada yang benar-benar percaya dan belajar sungguh-sungguh dan menghayati, seorang Guru akan memberi tuntunan. Polisi kolonial Belanda waktu itu mengawasi dengan ketat kelompok-kelompok Kejawen, karena dikhawatirkan menyebarkan ramalan Jayabaya, yang a.l. menyatakan bahwa kolonialis Belanda akan dikalahkan oleh “jago wiring kuning” dari utara, bangsa berkulit kuning dari utara (ternyata Jepang), yang akan menduduki Nusantara selama “seumur jagung”, dalam kurun waktu pendek (ternyata 3,5 tahun). Dan bangsa Indonesia akan hidup makmur sejahtera bila diperintah oleh bangsa sendiri, artinya Indonesia merdeka. Kolonialis Belanda juga melarang orang bertapa karena takut kalau orang tersebut mencari wahyu kemerdekaan. Banyak terminologi atau kata-kata yang diperlakukan sakral, tidak boleh diucapkan, tabu atau ora ilok, kini telah boleh diucapkan. Misalnya, pada waktu belajar kebatinan tidak boleh mengucapkan kata jantung. Kalau mau menyebut jantung, harus bilang : kembang gedhang atau sekar pisang, bunga pisang. Sekarang sudah boleh mengucapkan jantung. Kata samadi juga tidak boleh diucapkan. Kalau mau bilang samadi harus diganti dengan ungkapan : Anggoleki tapake kuntul nglayang - mencari telapak kaki bangau terbang. Mana dapat Anggoleki galihing kangkung - mencari hati kangkung. Apa ada? Nutupi babahan hawa sanga - menutup sembilan lobang hawa di tubuh.Tentu sulit. Kalimat-kalimat yang berbunga-bunga yang mungkin sesuai pada waktu itu, sekarang termasuk “njlimet”- berputar-putar dan sulit dipahami, tidak dipakai lagi. Penjelasan tentang samadi, termasuk cara, metode dan tujuannya, sudah jauh lebih terbuka. Cara mengajarkan ngelmu Kejawen juga sudah berubah sesuai perkembangan zaman.
Dulu, Kejawen diajarkan sangat tertutup, dengan peserta sangat terbatas dan hanya diajarkan pada malam hari, dihari tertentu, misalnya pada Kamis malam Jum’at. Tempatnya juga harus di luar rumah, di bawah atap langit, di pinggir laut, sungai, sawah, kebun atau pelataran rumah. Sekarang sudah diajarkan di dalam rumah, boleh siang hari. Literatur Kejawen banyak yang ditulis, dicetak sebagai buku, dimuat di koran dan majalah, bahkan ada di internet. Di masa kuno, pembelajaran hanya secara lisan, mantra-mantra tak boleh ditulis, semua harus hafal di luar kepala. Sekarang sudah terbuka, meski masih ada yang sinengker - dirahasiakan.
Para pakar kebatinan Jawa mengatakan bahwa semua ngelmu kebatinan Jawa boleh diketahui oleh peminatnya sesuai dengan tingkat kesadaran spiritual masing-masing individu, kecuali yang masih menjadi sengkeraning bawono – rahasia jagat. Penulis yang akrab dengan budaya Jawa dan senang mempelajari budaya-budaya yang lain, mengikuti paugeran - ketentuan ini. Apa yang penulis paparkan adalah ajaran luhur dan sudah dapat palilah, restu dari pinisepuh Kejawen, maupun dari Pribadi Sejati - Higher Self, baik secara nyata maupun melalui wisik sejati - pemberitahuan yang sebenarnya, di tataran ngelmu sejati, di jalan yang diberkahi Gusti.
Mengenai cara pengajaran dan penyebaran kebatinan Kejawen, pada saat ini sudah jauh lebih terbuka, lebih praktis. Zaman dulu, ngelmu Kejawen benar-benar sinengker, dianggap rahasia, terkesan tertutup. Hanya kepada yang benar-benar percaya dan belajar sungguh-sungguh dan menghayati, seorang Guru akan memberi tuntunan. Polisi kolonial Belanda waktu itu mengawasi dengan ketat kelompok-kelompok Kejawen, karena dikhawatirkan menyebarkan ramalan Jayabaya, yang a.l. menyatakan bahwa kolonialis Belanda akan dikalahkan oleh “jago wiring kuning” dari utara, bangsa berkulit kuning dari utara (ternyata Jepang), yang akan menduduki Nusantara selama “seumur jagung”, dalam kurun waktu pendek (ternyata 3,5 tahun). Dan bangsa Indonesia akan hidup makmur sejahtera bila diperintah oleh bangsa sendiri, artinya Indonesia merdeka. Kolonialis Belanda juga melarang orang bertapa karena takut kalau orang tersebut mencari wahyu kemerdekaan. Banyak terminologi atau kata-kata yang diperlakukan sakral, tidak boleh diucapkan, tabu atau ora ilok, kini telah boleh diucapkan. Misalnya, pada waktu belajar kebatinan tidak boleh mengucapkan kata jantung. Kalau mau menyebut jantung, harus bilang : kembang gedhang atau sekar pisang, bunga pisang. Sekarang sudah boleh mengucapkan jantung. Kata samadi juga tidak boleh diucapkan. Kalau mau bilang samadi harus diganti dengan ungkapan : Anggoleki tapake kuntul nglayang - mencari telapak kaki bangau terbang. Mana dapat Anggoleki galihing kangkung - mencari hati kangkung. Apa ada? Nutupi babahan hawa sanga - menutup sembilan lobang hawa di tubuh.Tentu sulit. Kalimat-kalimat yang berbunga-bunga yang mungkin sesuai pada waktu itu, sekarang termasuk “njlimet”- berputar-putar dan sulit dipahami, tidak dipakai lagi. Penjelasan tentang samadi, termasuk cara, metode dan tujuannya, sudah jauh lebih terbuka. Cara mengajarkan ngelmu Kejawen juga sudah berubah sesuai perkembangan zaman.
Dulu, Kejawen diajarkan sangat tertutup, dengan peserta sangat terbatas dan hanya diajarkan pada malam hari, dihari tertentu, misalnya pada Kamis malam Jum’at. Tempatnya juga harus di luar rumah, di bawah atap langit, di pinggir laut, sungai, sawah, kebun atau pelataran rumah. Sekarang sudah diajarkan di dalam rumah, boleh siang hari. Literatur Kejawen banyak yang ditulis, dicetak sebagai buku, dimuat di koran dan majalah, bahkan ada di internet. Di masa kuno, pembelajaran hanya secara lisan, mantra-mantra tak boleh ditulis, semua harus hafal di luar kepala. Sekarang sudah terbuka, meski masih ada yang sinengker - dirahasiakan.
Para pakar kebatinan Jawa mengatakan bahwa semua ngelmu kebatinan Jawa boleh diketahui oleh peminatnya sesuai dengan tingkat kesadaran spiritual masing-masing individu, kecuali yang masih menjadi sengkeraning bawono – rahasia jagat. Penulis yang akrab dengan budaya Jawa dan senang mempelajari budaya-budaya yang lain, mengikuti paugeran - ketentuan ini. Apa yang penulis paparkan adalah ajaran luhur dan sudah dapat palilah, restu dari pinisepuh Kejawen, maupun dari Pribadi Sejati - Higher Self, baik secara nyata maupun melalui wisik sejati - pemberitahuan yang sebenarnya, di tataran ngelmu sejati, di jalan yang diberkahi Gusti.
Alam Sonya Ruri
Sekian juta tahun yang lalu, ketika alam belum ada, bumi belum
ada, tidak ada apa-apa sama sekali, suasana gelap gulita, suara tidak ada, disebut Alam Sonya Ruri,
artinya tempat tanpa batas, tanpa tepi dan sonya artinya kosong, sepi (bahasa Jawa : suwung)
dan ruri artinya gelap gulita (bahasa Jawa : peteng ndhedhet). Alam Sonya Ruri adalah
tempat tanpa batas, yang keadaannya kosong tanpa suara dan gelap gulita. Gambarannya : alam merupakan wadah ; isinya : kosong dan gelap gulita. Kemudian, tidak disebut kapan mulainya, alam sonya ruri mulai bergerak,
berputar dan berputar terus dengan cepat. Perputaran itu menimbulkan daya
panas, mulai muncul lingkaran (bahasa Jawa : kalangan), yang semakin lama
semakin besar. Sesudah berputar terus menerus dan cukup lama (bahasa Jawa : mubeng
seser), terjadilah ledakan ( bahasa Jawa : mbledhos), sehingga alam semesta menjadi terang
dan mulai terbentuk dan terlihat wujud benda-benda di alam raya : langit dan planet-planet seperti
matahari dan bintang-bintang. Teori ilmiah menyatakan bahwa Jagat Raya ada sejak 15.000 juta
tahun yang lalu, dimulai dengan Big Bang, ledakan awan lemparan gas
panas dan debu di angkasa, lalu ada gravitasi yang menyebabkan terbentuknya
planet-planet. Sampai kini ilmu dan ngelmu sependapat bahwa jagat raya terus
mengalami proses perkembangan yang tak pernah berhenti. Mengenai teori ilmiah
mengenai terbentuknya jagat raya, Ilmu Pengetahuan yang terlahir dari kejeniusan
pikiran manusia, tidak bisa meng-claim sebagai kebenaran, paling-paling
mendekati kebenaran. Jagat Raya dicipta oleh Gusti, Tuhan Yang Maha
Kuasa, supaya manusia selalu belajar dan tidak pernah berhenti belajar dan supaya berkiprah positif konstruktif demi
kelestarian jagat beserta seluruh isinya termasuk umat manusia.
Sang Penguasa Alam menitahkan terang
Dalam istilah Kejawennya adalah : Kang Murbeng Alam
nitahake pepadhang. Cahaya terang benderang di alam raya timbul karena
perputaran benda-benda dilangit dan bintang-bintang. Cahaya datang dari benda-benda dilangit yang jumlahnya sakirno dalam
istilah Jawa, artinya sejuta juta juta, begitu banyak tak terhitung jumlahnya. Matahari,
sesuai dengan kekuasaan alam, atas kehendak Tuhan menerangi jagat termasuk bumi
dan punya kewajiban untuk memberi kehidupan kepada semua mahluk. Rembulan dan
semua bintang di langit, pada waktu malam hari menyinarkan cahaya yang lembut, sejuk, yang berguna untuk setiap mahluk. Konstelasi matahari, rembulan, planet-planet dan bintang-bintang terhadap bumi,
mempengaruhi iklim dan kehidupan manusia dibumi.
Terbentuknya Bumi
Ketika planet-planet dan bintang-bintang angkasa sudah ada, bumi
belum ada. Baru sesudahnya, ketika saling benturan dan saling pengaruh planet-planet dan bintang-bintang berjalan
cukup lama di angkasa raya, terbentuklah sebuah bintang berukuran menengah menjadi
pusat alam, yang disebut Pratala, artinya dasarnya samudra. Terbentuk dulu laut,
samudra yang disebut Sagara, karena terus menerus diisi air dari hasil gerakan
terus menerus benda-benda di alam raya. Sesudah terbentuk sagara, bumi
mulai terbentuk setelah melalui proses alami dan penyempurnaan bentuk, sehingga
disebut Bantala atau Bumi. Proses pembentukan bumi secara pemahaman
ilmiah dimulai 4000 juta tahun yang lalu, dilukiskan dengan letusan-letusan gunung berapi yang memuntahkan lava merah
menyala. Bumi yang terdiri dari lempengan-lempengan dan samudra-samudra besar, melalui proses
jutaan tahun sehingga terwujud bentuk yang seperti saat ini.
Elemen-elemen bumi
Sejak awal terbentuknya jagat, melibatkan unsur-unsur angin,
cahaya, api, debu dan air, yang dengan saling interaksi, gerakan dan benturan-benturan melahirkan
planet-planet, bintang- bintang dan planet bumi yang kelak didiami manusia. Seperti diketahui elemen-elemen
manusia juga terdiri dari : angin, banyu, geni lan lebu menurut
Kejawen, yaitu angin, air, api dan tanah. Sedangkan unsur cahaya, mengingatkan dari mana asalnya suksma yang berupa
cahaya. Pada mulanya, keadaan di bumi belum mendukung adanya kehidupan karena udara
yang belum cocok. Baru sesudah udara dan keadaannya kondusif, manusia dan mahluk-mahluk
lain bisa hidup di bumi, yaitu di lapisan atmosfir yang berada di tanah sampai dengan
ketinggian 17 km.
Adanya makanan
Manusia dan mahluk-mahluk yang lain butuh makanan untuk hidup di bumi.
Salah satu elemen manusia adalah air. Terbukti seorang manusia yang sehat pada
usia produktif, 80% komponen badan fisiknya adalah air. 2/3 (dua pertiga) dari
permukaan bumi ditutup oleh lautan ; 1/10 (sepersepuluh) permukaan bumi ditutup
sungai es. Sejak mula terbentuknya bumi, air mengucur ke bumi, air di masa mula
itu dinamakan Kamandanu, sesudah jatuh ke bumi dan kebanyakan berkumpul
di laut, disebut Padmasari, artinya sari makanan. Oleh karena itu
sel-sel kehidupan yang teramat sederhana dimulai di laut, karena disana ada
sari makanan. Jagat Raya adalah bersatunya unsur-unsur Pratala/Sagara, Padmasari/sari
makanan dan Bantala/bumi, yang terus berproses dan saling mempengaruhi
dengan benda-benda di alam semesta, sehingga datang saatnya manusia dan
mahluk-mahluk lain serta berbagai tetumbuhan mendapatkan tempat yang nyaman di bumi
untuk dihuni.
Kandungan bumi
Ini yang disebut kekayaan alam, benda-benda yang terpendam di dalam
bumi (termasuk yang di bawah laut), dimana manusia tinggal menggali atau menambangnya untuk
memfasilitasi kebutuhan hidupnya. Selain tanaman pangan, herbal untuk obat dan tanaman
industri, berbagai bahan tambang didarmakan oleh bumi kepada manusia. Betapa
baiknya Ibu Bumi, Mother Earth kepada manusia. Kalau mau
jujur, manusia modern seharusnya merasa berhutang budi kepada mahluk-mahluk dan
tetumbuhan di masa purba, berhutang budi kepada alam dan tentunya kepada Tuhan.
Hanya sedikit orang yang mengingat kepada jasa fosil-fosil binatang laut dan
pohon-pohon raksasa yang sejak 300 juta tahun lalu “mengorbankan diri” untuk
dijadikan sumber enerji berupa minyak bumi, gas dan batubara. Padahal
produk-produk ini, diburu, diperebutkan dan dimanfaatkan untuk mengabdi kepada manusia modern. Selain itu di dalam bumi antara lain masih terdapat berbagai batu, mineral,
pasir, kapur dan lain- lain yang menunjang kesejahteraan manusia. Masih ada lagi berbagai logam
seperti ; emas, perak, tembaga, perunggu, besi, aluminium, timah dsb. Selain itu ada rumpun
batu mulia dengan berbagai macam faedah dari harga yang sangat mahal sampai yang murah, seperti : berlian, quartz, ametis, turqoise, safir, emerald,
jade, turmalin, citrin, amber, ruby, tiger’s eye, obsidian, agate/bermacam-macam batu akik dalam
berbagai warna yang indah dan menarik seperti putih, ungu, biru, hijau, merah muda,
kuning, jingga, merah, coklat dan hitam. Khusus mengenai logam dan batu mulia/gemstones/precious
stones ada banyak peminatnya, karena bisa dicipta menjadi perhiasan
dan asesories yang menawan. Berbagai
logam dipakai untuk membuat keris, berbagai batu mulia selain dibuat perhiasan
yang cantik seperti gelang, kalung, cincin, subang dll, juga digemari oleh orang-orang yang mengerti dengan memanfaatkan daya alami
batu-batu mulia tersebut. Batu mulia memiliki daya alami, enerji yang bisa dimanfaatkan untuk
membantu pemakainya. Enerji yang dipunyai batu mulia, bisa membantu dalam
bidang keselamatan, kesehatan, karier, kesejahteraan dll. Perhiasan dari
gemstones termasuk berlian, safir, topaz, emerald, jade dan lain-lain, hanya bersifat perhiasan/asesories yang indah tetapi tidak memfungsikan daya alaminya
untuk membantu pemakai, selama daya alami/enerjinya tidak dibangkitkan. Jadi
perhiasan dengan batu mulia itu hanyalah “sleeping beauty”, sekedar menampilkan keindahan. Supaya
enerji batu mulia berfungsi, bekerja dengan membantu atau melindungi pemilik/pemakainya ; batu mulia tersebut harus dibangkitkan enerjinya, istilahnya
“diprogram” sesuai dengan fungsi alaminya. Batu-batu itu, tidak “diisi” dengan menempatkan mahluk halus/qodam (meskipun
bisa), tetapi hanya dibangkitkan daya alaminya, supaya tidak tidur. Untuk itu diperlukan
bantuan “programmer” yang mumpuni, yang akrab dengan esensi batu-batu
mulia dan itu akan terjadi dengan berkah Tuhan. Website Jagad Kejawen akan membicarakan lebih jauh
mengenai batu mulia, untuk membantu peminat.